Sabtu, 28 November 2015
Hipotesa
Ketahuilah aku bukan garam..
garam yang jika habis lalu masakan tak lagi terasa gurihnya.
aku bukan gula..
gula yang jika habis takan lagi terasa manisnya.
akupun bukan sabun mandi atau sabun colek, yang jika habis takan bisa memberikan harum dan bersihnya.
aku bukan listrik..
listrik yang setiap bulan harus dibayar lalu jika tidak, gelaplah semua isi rumah.
aku bukan pula sebuah telepon seluler..
ponsel yang jika habis daya baterenya maka ia akan meminta untuk mencharge kembali.
aku bukan furniture..
furniture yang bila rusak dan usang tak berguna lagi tak dapat dipakai.
aku bukan pakaian..
pakaian yang jika kotor harus selalu dicuci atau yang bila rusak harus kembali membelinya.
aku bukan rentenir sang lintah darat..
rentenir yang jika jatuh tempo akan menagih dengan paksa untuk membayar sebuah hutang.
aku bukan air dimusim kemarau..
air yang jika habis terserap tanah dan tersengat matahari akan memberi kehausan dan kekeringan.
Tenang saja percayalah,
aku akan berusaha tetap seperti ini meskipun saat ini tak seperti dulu lagi.
aku akan berusaha tetap seperti ini yang jika suatu saat kau berubah aku akan berusaha tetap menerimamu apa adanya meskipun kau tak lagi melihat adanya aku. aku akan berusaha menjaga lisanku dari kata-kata yang akan membuat kita berpisah meskipun lisanmu tak lagi memujiku dan menenangkan gelisahku. aku akan berusaha menjaga kehormatanmu meski diluar sana mungkin tak lagi menghormatimu.
Karna ku tahu kau gemar sekali membaca, ingin rasanya aku menjadi sebuah buku. Buku yang selalu kau rindukan untuk membacanya meskipun telah kau baca berulang kali kau akan tetap tertarik untuk membuka dan membaca berkali-kali seolah tak pernah membaca sebelumnya.
Namun pahamilah terkadang ada saatnya akupun ingin menjadi seperti sebuah makanan yang jika perutmu merasa lapar kau akan menyibukan dirimu tuk mencarinya tanpa ia harus menjerit dan mengemis untuk ditelan dan kau nikmati.
Seperti halnya matahari selalu bersinar menyinari bumi setiap pagi hingga tiba gelap datangkan bulan. Meski terbitnya terkadang terhalang oleh awan mendung dan kabut ia tetep membagi cahayanya tanpa harus kami bersujud merayu menengadah tangan meminta sinarnya.
Senang rasanya jika langit yang biru dapat mengerti bahwa bumi yang tandus sedang membutuhkan siraman airnya tanpa harus berteriak mengisyaratkan bahwa bumi yang dipijak sedang kekeringan. Maka indahlah bumi beserta isinya..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar orang bijak:
Posting Komentar